Membandingkan Pelanggan Operator, Sebelum dan Sesudah Registrasi Ulang Prabayar

Membandingkan Pelanggan Operator, Sebelum dan Sesudah Registrasi Ulang Prabayar

Jakarta, Selular.ID – Seperti sudah diprediksi, dampak registrasi ulang prabayar mengikis jumlah pelanggan operator secara signifikan. Seperti diungkapkan oleh Ahmad Ramli, Dirjen Penyelenggara Pos dan Informatika Kementrian Kominfo, di hari terakhir pendaftaran ulang, Rabu (28/2/2108), tercatat masih ada sekitar 70 juta lebih nomer telepon yang belum melakukan registrasi.

“Jumlah kartu SIM yang beredar sekitar 376 juta nomor. Sedangkan yang sudah melakukan registrasi sekitar 305 juta nomor. Jadi ada 70 juta lebih yang belum diregistrasi,” ungkap Ramli dalam keterangan resmi yang dilakukan di kantor Kominfo, Jakarta (28/2/2018).

Baca juga: 70 Juta Lebih Nomer Belum Diregistrasi

Dari total 305 juta nomor yang melakukan registrasi tercatat ada 140 juta nomor yang merupakan pelanggan Telkomsel, 101 juta nomor pelanggan Indosat Ooredoo, 42 juta pelanggan XL Axiata, 5,8 juta pelanggan Smartfren, 13 juta pelanggan H3I dan 9000 pelanggan Sampoerna Telecom.

Mari kita kulik satu persatu perbandingan jumlah pelanggan operator pasca registrasi ulang.

Sebagai market leader, Telkomsel kehilangan pelanggan cukup besar. Di akhir 2017, total pelanggan Telkomsel mencapai 196 juta. Berarti operator yang memiliki coverage terluas ini susut sekitar 56 juta pengguna.

XL Axiata sebelumnya memiliki jumlah pengguna 53 juta pada akhir 2017. Namun setelah program registrasi ulang pra bayar, jumlahnya menyusut hingga menjadi 42 juta pengguna.

Begitu pun dengan Smartfren. Anak perusahaan Sinar Mas Group ini, sebelumnya mampu mendulang 12 juta pengguna di akhir 2017. Namun, jumlahnya kini tinggal 5,8 juta saja.

Nasib yang sama juga dialami oleh Sampoerna Telecom. Operator yang bermain di frekwensi 450 Mhz ini, jumlah penggunanya menciut secara drastis. Di akhir 2017, operator milik keluarga taipan Sampoerna itu, mengoleksi 85.000 pengguna. Kini jumlahnya tinggal 9.000 saja.

Dari semua operator, mungkin yang paling apes adalah Hutchsinson Tri. Bagaimana tidak. Pada akhir 2017, operator yang merupakan bagian dari CK Hutchison Holdings, Hong Kong, ini mengklaim mampu meraih 68,3 juta pengguna.

Jumlah itu menjadikan Tri sebagai operator terbesar ketiga dibawah Telkomsel dan Indosat Ooredoo. Namun, pasca registrasi ulang prabayar, jumlah pengguna Tri anjlok hingga 13 juta saja.

Strategi tidak mematikan pelanggan yang tak aktif yang selama ini ditempuh oleh manajemen Tri, disinyalir menjadi penyebab sedikitnya pelanggan Tri yang meregistrasi ulang nomor pra bayarnya.

Nah, dari semua operator, penurunan terkecil hanya dialami oleh Indosat Ooredoo. Pada akhir 2017, operator yang dimiliki Ooredoo Group Qatar ini, mampu membukukan 110 juta pengguna (Red : data full year yang diklaim oleh Ooredoo Group). Namun diakhir program registrasi ulang prabayar, jumlahnya hanya menyusut 9 juta saja.

Masih besarnya pengguna Indosat Ooredoo pasca berakhirnya program tersebut, sempat membuat publik bertanya-tanya. Tak urung Indosat disebut disebut-sebut memanfaatkan robot dalam melakukan registrasi prabayar. Meski hal tersebut dibantah langsung oleh Dirut Indosat Ooredoo Joy Wahyudi.

Baca juga: Joy Wahyudi Blak-blakan Tentang Polemik dan Dampak Registrasi Ulang Prabayar

Terlepas dari polemik dan dampak yang ditimbulkan, harus diakui bahwa program registrasi ulang pra bayar yang digulirkan oleh pemerintah bakal mendorong industri selular pada tatanan dan keseimbangan baru.

Dua dekade lalu operator memang masih jor-joran menggaet sebanyak-banyaknya pelanggan. Namun dengan lebih dari 300 juta pengguna, berarti semua orang sudah menggunakan kartu. Berarti yang addressable sudah habis, sehingga game-nya juga sudah berbeda.

Kini dengan tumbuhnya layanan data dan IoT (internet of things), operator selayaknya tak lagi menempatkan besarnya jumlah pelanggan individu sebagai pencapaian utama. Melainkan kualitas layanan yang seharusnya menjadi prioritas.

Bukan sekedar tarif murah yang membuat pelanggan terus dimanjakan, namun membuat operator sesak nafas dan tak bisa melakukan investasi ulang.

Di sisi lain, dengan berkurangnya pelanggan karena program registrasi ulang pra-bayar, operator juga diuntungkan. Selain mendapatkan high value costumer, efiesiensinya jauh lebih meningkat. Dalam arti, operator mengurangi jualan-jualan yang tidak produktif. Sehingga dalam jangka panjang akan berdampak positif bagi keseluruhan pemain di industri strategis ini.

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.