Mengapa Picasso bisa begitu populer di Asia?

Mengapa Picasso bisa begitu populer di Asia?
Mengapa Picasso bisa begitu populer di Asia?
Picasso Hak atas foto Sotheby's

Nama Pablo Picasso tak hanya sekadar tenar di Barat. Master pelukis dari Spanyol ini telah lama dipuja di Timur dan kegemaran akan karyanya tidak menunjukkan tanda-tanda mereda.

Wisatawan Asia berduyun-duyun ke museum di Barat untuk mengagumi karya seninya. Lukisan multi-juta dolar oleh seniman produktif ini telah menjadi objek yang paling dicari di kalangan kolektor Asia yang makmur dalam beberapa tahun terakhir.

Reputasi para seniman Barat lainnya tidak sebanding dengan Picasso di bagian dunia ini. Picasso seakan sinonim untuk seni rupa Barat.

Warna-warna berani, potret kubisme dari wajah-wajah yang terdekonstruksi dan komposisi gambar yang kacau tampaknya sedikit bergema dengan konsep kecantikan tradisional Asia.

Lukisan Picasso terjual senilai Rp598 miliar Mahakarya lukisan erotis yang nyaris lenyap Tolak meminjamkan lukisan, museum tawarkan kloset emas untuk Donald Trump

Tetapi kecintaan orang-orang Asia kepada Picasso telah mencapai tingkat yang sangat membingungkan. Mengapa seorang pelukis Spanyol yang lahir lebih dari seabad yang lalu sangat menarik bagi mereka yang berasal dari latar belakang budaya yang berbeda?

Satu karya Picasso dijual pada tahun 2015 seharga $ 67.4 miliar

Penjelasan mudahnya: orang bisa segera beralih ke nilai moneter yang melonjak dari lukisan-lukisan Picasso, khususnya di Asia yang sadar akan uang.

Kolektor di sana, ditokohi sejumlah warga Cina sangat kaya serta warga Hong Kong dan Taiwan, menunjukkan minat yang besar terhadap karya seni Picasso, terutama yang dinilai memiliki nilai tertinggi dalam beberapa tahun terakhir.

Femme assise, robe bleue (Perempuan duduk, gaun biru), karya Picasso tahun 1939 dibeli seorang kolektor pada lelang Christie New York pada tahun 2017 seharga $45 juta (atau sekitar Rp620 miliar).

Yang lain membeli Buste de femme (Femme à la résille), (Dada Perempuan - Perempuan dengan Jala Ikan) (1938) saat lelang Christie New York tahun 2015 seharga $67,4 juta (Rp925 miliar).

Sebelumnya pada tahun 2012, Dalian Wanda Group Cina menggelontorkan $28,2 juta (Rp390 miliar) pada Claude et Paloma (1950), juga saat lelang Christie New York.

Hak atas foto Getty Images Image caption Karya Piccaso yang dibuat tahun 1960, Busta de Femme, terjual di sebuah lelang di Jepang pada 2015 dengan harga US$ 1,6 miliar.

Potensi pasar dikonfirmasi oleh bagaimana karya-karya terakhir para master seni lukis ini dipajang di pangung utama bulan seni Hong Kong pada bulan Maret lalu, ketika Art Basel dan pembukaan sejumlah galeri dan lelang seni terjadi bersamaan.

Rumah lelang Sotheby's membawa lukisan Picasso, Juan-les-Pins (1924), ke penjualan malam Hong Kong untuk pertama kalinya pada 31 Maret , tidak seperti praktik biasanya dengan menjual mahakarya Barat di New York dan London.

Hak atas foto Sotheby's Image caption Pameran Sotheby's terbaru di Hong Kong menempatkan karya Picasso, seperti lukisan tahun 1938 ini, Maya With the Boat, berdampingan dengan karya George Condo.

Ini bertepatan dengan pameran lelang rumah lelang Face-Off: Picasso / Condo, yang menyandingkan 20 lukisan Picasso dengan karya George Condo, pameran karya Picasso terbesar di kota ini sejak pameran perjalanan 2012 dari koleksi Paris 'Musee National Picasso yang berlangsung di Hong Kong Heritage Museum serta Shanghai dan Chengdu.

Tujuh lukisan Picasso di acara dipinjam dari koleksi pribadi di Hong Kong, Cina daratan dan Taiwan, termasuk Femme à l'oiseau (Perempuan dan seekor burung) (1939) dari Yayasan Yageo Taiwan dan Femme assise, robe bleue.

Periode blue-chip

Jonathan Wong, direktur Sotheby's S | 2 Gallery di Hong Kong, mengatakan semangat para kolektor Cina untuk membeli lukisan Picasso dengan harga sangat mahal baru dimulai tiga hingga lima tahun lalu, dan Picasso adalah nama yang karyanya patut dikoleksi.

Efek nama merek Picasso bisa menjadi jawaban pasar seni untuk tas Birkin, dan menurut Wong, keserbagunaan kreasi Picasso, dari lukisan hingga pahatan dan keramik, menawarkan pembeli berbagai pilihan.

Tetapi uang disisihkan, kata Wong, "kehidupan Picasso yang penuh warna memukau seiring dengan bagaimana orang Cina meromantisasi kehidupan seorang seniman hebat."

Hak atas foto Sotheby's Image caption Pameran Sotheby's berlangsung sejak 16 - 31 Maret. Ini untuk kali kedua dalam satu dekade terakhir karya Picasso, Lelaki dengan Sebatang Pipa, dipamerikan di Hong Kong

Lahir pada tahun 1881, Picasso dikenal karena tidak hanya secara konstan menciptakan kembali ekspresi artistiknya dalam periode yang berbeda tetapi juga urusan romantisnya dengan wanita.

Dia memiliki empat anak dengan tiga wanita, termasuk Olga Khokhlova dan Françoise Gilot, yang adalah istri-istrinya, dan Marie-Therese Walter. Hubungan cintanya dengan fotografer dan seniman Dora Maar juga didokumentasikan dengan baik.

Gaya hidup Picasso yang riang mirip dengan cendikiawan Cina kuno yang terkenal seperti pelukis dan penyair pada masa Dinasti Ming, Tang Yin (1470-1524), yang terkenal karena puisi dan lukisan tinta dan menikah dengan tiga wanita.

Perupa Cina modern, Zhang Daqian (1899-1983), yang bertemu Picasso di Nice pada tahun 1956, juga menampilkan persona yang serupa.

Sama-sama luar biasa dan produktif, Zhang adalah salah satu nama terbesar dalam seni modern Cina. Dia tidak hanya mewarisi akar lukisan lanskap tradisional Tiongkok dan menciptakan bahasa artistik baru dalam lukisan-lukisannya yang berani, percikan tinta dan potret perempuan, dia juga dikenal karena urusannya dengan banyak wanita dan memiliki empat istri.

Hak atas foto Sotheby's Image caption Artis kontemporer, George Condo, yang karyanya mirip dengan Picasso, menemukan pembeli untuk karyanya dalam pameran Sotheby's di Hong Kong

Namun di balik detail-detail romantis biografinya, estetika lukisan-lukisan Picasso adalah daya tarik bagi orang Cina - jauh lebih banyak daripada nama-nama besar seni Barat lainnya seperti Claude Monet dan Vincent van Gogh.

Wong mengatakan potret Picasso digemari Cina modern, karena potret telah memainkan peran penting dalam seni Tiongkok modern dan kontemporer, terutama sejak 1949.

"Para seniman Tiongkok Daratan dilatih untuk mengikuti aliran realisme sosial Soviet, di mana potret memainkan peranan penting dalam karya seniman Cina dari Chen Yifei ke Zhang Xiaogang. Orang-orang China, selama abad yang lalu, terbiasa dengan apresiasi potret," katanya.

Tapi itu bukan satu-satunya faktor, kata Wong. Orang-orang Cina yang dibesarkan dengan gaya multi-perspektif dalam lukisan lanskap tradisional akan merasa lebih mudah untuk terhubung dengan potret-potret Kubis Picasso.

Dalam penelitian mereka ke dalam gambar multi-perspektif, Scott Vallance dan Paul Calder dari Sekolah Informatika dan Teknik di Flinders University of South Australia mencatat kesamaan antara lukisan lanskap Cina dan Kubisme:

Terjual seharga Rp6 triliun, benarkah ini lukisan karya Leonardo da Vinci? Mengapa gambar telanjang masih mengejutkan? Mengapa sapi menjadi jadi simbol budaya begitu kuat?

"Lukisan pemandangan Tiongkok mengandung fokus yang berbeda, atau sub-gambar, yang bergabung dengan mulus."

Sementara multi-perspektif telah mendalam dalam estetika Cina selama berabad-abad, pengenalannya ke dunia seni Barat melalui gerakan seperti Kubisme yang dipimpin oleh Picasso muncul kemudian.

Tidak mengherankan jika Picasso berada di bawah pengaruh Asia tertentu di beberapa titik. Pertemuannya dengan kesenian Asia mungkin lebih awal dari pertemuannya yang dipublikasikan besar-besaran dengan Zhang.

Masayuki Tanaka, profesor sejarah seni di Musashino Art University di Tokyo, Jepang, mengatakan Picasso mengungkapkan hubungannya dengan seni Asia kepada pelukis Jepang Taro Okamoto ketika Okamoto mengunjungi studio seniman Spanyol di Vallauris pada awal 1950-an.

Okamoto berada di bawah pengaruh besar dari Picasso, dan salah satu karyanya yang paling terkenal, Myth of Tomorrow, adalah tanggapannya terhadap Guernica karya Picasso, dengan representasi artistik dari kengerian perang.

Hak atas foto Sotheby's Image caption Pengaruh dari karya lukisan Tang Yin bisa dilihat di karya lukisan lansekap Picasso, seperti yagn terlihat di French Riviera town Juan-les-Pins ini

"Picasso mengatakan pada Okamoto bahwa ia memiliki beberapa cetakan kayu Jepang, dan bahwa mereka bukan yang halus, tetapi sebelumnya, yang lebih primitif," katanya.

"Untuk Picasso 'primitif' tidak berarti sesuatu yang tidak berbudaya, melainkan merupakan cara representasi lain daripada gaya tradisional Barat berdasarkan pada persepsi dan deskripsi realistis yang akurat.

"Tradisi representasi Asia berbeda dari gaya Barat, dan itu bukan perseptual tetapi lebih konseptual. Dalam arti itu, cara Picasso mengungkapkan sesuatu sudah akrab dengan orang Asia. Anda masih bisa menemukan cara ekspresi yang sama di manga hari ini seperti yang dilakukan Picasso."

Sensasi Asia

Sementara cinta orang-orang China untuk Picasso adalah fenomena yang realatif baru, pertemuan Picasso dengan Jepang muncul kembali lebih awal.

Profesor Tanaka mengatakan buku-buku tentang Picasso pertama kali diterbitkan di Jepang pada tahun 1920 dan salah satu pameran seni Barat pertama setelah Perang Dunia II adalah pertunjukan Picasso pada tahun 1951.

Banyak perusahaan Jepang juga memperoleh lukisan Picasso di tahun 1980-an, menurut Profesor Tanaka. "Tapi kebanyakan dari mereka dijual di tahun 90-an ketika ekonomi Jepang menurun."

Lukisannya masih dapat ditemukan di Pola Museum of Art di Hakone, sebuah museum swasta, yang menyimpan koleksi yang kuat, katanya.

Hak atas foto Getty Images Image caption Picasso sudah mempengaruhi banyak seniman Asia, seperti Taro Okamoto, yang melukis mural terbesar di dunia, World of Tomorrow, pada tahun 1969,

Museu Picasso di Barcelona pertama meminjamkan koleksi 60 karya Picasso ke Jepang pada tahun 1964 untuk pameran Picasso di Museum Nasional Seni Modern di Tokyo dan Kyoto, serta Museum Seni Prefektur di Nagoya.

Dalam dekade-dekade berikutnya, Museu Picasso telah meminjamkan karya untuk dipamerkan di Jepang, termasuk Pameran Dunia Anak-Anak Picasso tahun 2000 di Museum Nasional Seni Barat di Taman Ueno, Tokyo, di mana Profesor Tanaka adalah kurator. Acara ini menarik lebih dari 300.000 pengunjung.

Seni Picasso juga meninggalkan jejaknya di Korea Selatan. Pada tahun 2013 dan 2014, Picasso Foundation membawa pameran Picasso from Málaga, Picasso Absolute ke Incheon, Seoul, Daegu dan Suwon, menampilkan 226 karya oleh master Spanyol dan 100 karya foto milik Juan Gyenes kepada lebih dari 300.000 pengunjung.

Museu Picasso, Barcelona, ​​juga melaporkan peningkatan yang signifikan dalam pengunjung Asia, khususnya Korea Selatan. Museum Barcelona mengatakan menyambut 38.591 pengunjung individu dari Korea Selatan, melonjak dari 15 ke peringkat ketujuh tertinggi di peringkat museum, diikuti oleh Cina (34.011) dan Jepang (30.662). Operator tur juga membawa tambahan 100.000 pengunjung Asia ke museum.

"Globalisasi yang berarti nilai-nilai Barat berasimilasi di Asia adalah bagian penting dari budaya saat ini," kata José María Luna Aguilar, direktur Yayasan Picasso.

"Picasso, sebagai inkarnasi maksimum kebebasan kreatif, dihargai di masyarakat saat ini sebagai salah satu karakter yang paling dikagumi dan dicintai. Cara hidup tanpa hambatan dan mengekspresikan kehidupan dalam karya-karyanya membuatnya tampak sebagai referensi untuk kehidupan yang lebih bebas."

Anda bisa membaca versi bahasa Inggris dari tulisan ini Why Picasso so Popular in Asia? di BBC Culture.

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.