Pelemahan Rupiah Hanya Sementara

Pelemahan Rupiah Hanya Sementara

Ilustrasi. Foto: Jawa Pos

KENDARIPOS.CO.ID — Melemahnya nilai tukar rupiah yang telah terpantau sejak September lalu, diprediksi hanya sementara. Terpuruknya nilai kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat terjadi karena dihembuskannya rencana reformasi pajak Negeri Paman Sam yang justru mendapatkan dukungan dari dewan parlemen. Alhasil, tak hanya rupiah, beberapa mata uang asing pun merasakan dampak dari pergeseran sentimen dan makin terjepit.

Mengutip pernyataan Gubernur Bank Indonesia (BI), Humas Kantor Perwakilan Wilayah BI Sultra, Dedy Prasetyo mengatakan, dolar AS sejatinya menguat di kawasan Asia karena kekhawatiran para investor. Pasalnya, dalam reformasi tersebut diperkirakan pajak korporasi bakal terpangkas sampai 20 persen dari 35 persen. Selain pengurangan pajak individu menjadi 35 persen dari 39,6 persen. “Selain itu, rupiah juga terbebani dengan ungkapan petinggi Bank Sentral AS, Janet Yellen, yang berniat menaikkan suku bunga acuan sekali lagi di tahun ini, tepatnya pada bulan Desember nanti,” ungkapnya.

Sejatinya, dalam perkembangan data fundamental ekonomi makro, pelaku pasar bakal menunjukkan reaksi atas berbagai berita ekonomi makro yang dikeluarkan oleh instansi berwenang, kali ini kebijakan pemerintah AS adalah faktor utama. Alhasil, pasar bereaksi karena dikejutkan dengan selisih data aktual ekonomi makro yang diumumkan oleh instansi yang berwenang dengan angka perkiraan pasar.

Kendatipun nilai rupiah saat ini tertekan oleh sentimen eksternal, namun BI berkeyakinan bahwa pelemahan rupiah hanya bersifat sementara. Pasalnya, fundamental makro ekonomi dalam negeri masih cukup terjaga dan terus mengalami pertumbuhan. Adapun per tanggal 20 Oktober kemarin, nilai kurs tengah rupiah berada di level 13.517 per dolar AS. (feb/b)

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.