Menyentil 'busana seksi wartawan perempuan,' organisasi wartawan Malaysia dikecam

Menyentil 'busana seksi wartawan perempuan,' organisasi wartawan Malaysia dikecam
Menyentil 'busana seksi wartawan perempuan,' organisasi wartawan Malaysia dikecam
Ilustrasi pelecehan seksual pada wartawan perempuan.

Ketua Perhimpunan Jurnalis Malaysia (NUJ) menyatakan penyesalan telah menyerukan agar wartawan perempuan tidak mengenakan 'busana seksi' untuk mencegah pelecehan.

Rekaman pernyataan kontroversial itu muncul di portal online MalaysiaKini, Selasa lalu.

Saat itu Ketua NUJ, Mohamad Taufek Razek menanggapi laporan yang diterbitkan Asian Correspondent, yang memaparkan pelecehan seksual yang dialami sejumlah wartawan perempuan di Malaysia, Indonesia dan Filipina.

Dua wartawan Malaysia, salah satunya tak disebutkan identitasnya, diduga digerayangi dan dikata-katai secara seksual oleh politisi di negeri itu, termasuk seorang menteri.

Mengapa di Prancis muncul kritik terhadap gerakan antikekerasan perempuan #MeToo? Muslimah Malaysia jadi sasaran serangan brutal di medsos Anggota parlemen Malaysia: 'Tolak seks, istri lakukan pelanggaran'

Ini bukan pertama kalinya tuduhan serius semacam itu dialamatkan kepada para pejabat di Malaysia. November lalu, anggota parlemen Malaysia Ong Kian Ming menulis artikel yang memapar bagaimana seorang tamu perempuannya dari luar negeri, dilecehkan oleh seorang wakil menteri saat berkunjung ke Parlemen.

NUJ mengeluarkan pernyataan baru yang mengakui bahwa "busana dan penampilan seorang wartawan tidak seharusnya dianggap sebagai penyebab pelecehan seksual".

Image caption Di beberapa gedung pemerintah dan perpustakaan di Malaysia diberlakukan aturan berbeda untuk perempuan.

Sementara itu Institute of Journalists Malaysia (IoJM) mengatakan bahwa organisasi media harus memiliki mekanisme pengaduan untuk memastikan diambilnya tindakan jika ada wartawan perempuan yang menghadapi pelecehan seksual dari politisi atau tokoh masyarakat lainnya.

Apa yang disebut dalam pernyataan itu?

Tanya jawab antara Razek dan portal berita online MalaysiaKini diterbitkan secara lengkap oleh NUJ Malaysia sebagai siaran pers.

Dimulai dengan mengakui bahwa isu pelecehan seksual terhadap wartawan perempuan oleh politisi bukan merupakan hal baru di Malaysia.

Ketika ditanya bagaimana seharusnya peyelidikan atas tuduhan-tuduhan itu, Razek berkata, "Jika wartawan memiliki bukti konkret seperti rekaman, saksi atau semacamnya, yang terbaik adalah melapor ke polisi."

"Masalahnya adalah korban malu untuk menyampaikan laporan ke polisi, atau berada dalam posisi canggung karena merasa harus menjaga hubungan baik dengan politisi," katanya.

Image caption Organisasi media harus memiliki mekanisme pengaduan untuk memastikan diambilnya tindakan jika ada wartawan perempuan yang menghadapi pelecehan seksual dari politisi atau tokoh masyarakat lainnya.

Razek kemudian mengatakan bahwa banyak jurnalis perempuan yang dirasa "tidak membantu" dan "berbahaya".

Dia menyatakan bahwa jurnalis perempuan harus memiliki "pembawaan yang patut" dan "bersikap tegas" saat bertugas.

"Dalam konteks wartawan perempuan yang penampilannya menarik, masalah (pelecehan) ini bisa dengan mudah terjadi jika tidak ada daya tarik sepihak," katanya.

"Dalam konteks jurnalis perempuan, khususnya yang rupawan, (pelecehan) ini bisa dengan mudah terjadi jika kedua belah pihak menyetujuinya."

Bagaimana reaksinya?

Pernyataan tersebut menimbulkan kecaman luas dari para wartawan di Malaysia. Sebagian menuduh NUJ menunjukkan sikap menyalahkan korban.

Banyak yang mengungkapkan kekecewaan mereka melalui media sosial.

"Pandangan NUJ ini berbahaya bagi kemajuan perempuan di tempat kerja karena memperkuat anggapan bahwa perempuan diperlakukan dengan standar yang berbeda dibanding pria," kata wartawan lepas Samantha Cheh.

"Perempuan sudah menghadapi tantangan berat untuk mendapat tempat yang serius di ruang-ruang kerja Malaysia. Kami harus mematuhi standar berpakaian dan perilaku yang ketat, dan ini mengekang kemampuan kami dalam melakukan pekerjaan hingga batas maksimal."

Malaysia dikenal sebagai salah satu negara muslim moderat di dunia, namun banyak perempuan yang harus tunduk pada tekanan sosial terkait busana.

Baju dianggap 'menggoda' pecatur remaja dilarang mengikuti pertandingan Dituduh lakukan eksploitasi seksual, fotografer Mario Testino dan Bruce Weber diskors Dari Arab sampai Indonesia, kekerasan seksual yang dituangkan lewat #MeToo

Kendati tidak ada hukum yang mewajibkan jilbab, sejumlah wilayah menerapkan aturan lebih ketat tentang busana perempuan. Di beberapa gedung pemerintah dan perpustakaan juga diberlakukan aturan berbeda untuk perempuan.

Kate Ng, co-editor situs gaya hidup Wait A Minute Now mengatakan "Tindakan seksual yang tidak diinginkan merupakan hal yang tidak asing bagi wartawan perempuan."

"Sangat mengecewakan mengetahui bahwa begitulah pikiran orang yang berkuasa," katanya.

Dalam pernyataan terbarunya, NUJ Malaysia berusaha menjaga jarak dari pernyataan ketuanya, Taufek Razek.

"Kami tidak mendukung pandangan seperti itu. Kami juga menyesalkan kesan dalam ucapan itu yang tampaknya menyalahkan korban," demikian pernyataan tersebut.

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.