Penebangan pohon cemara di depan Masjid Agung Meulaboh, karena 'ketakutan'?

Penebangan pohon cemara di depan Masjid Agung Meulaboh, karena 'ketakutan'?
Penebangan pohon cemara di depan Masjid Agung Meulaboh, karena 'ketakutan'?
pohon Natal di Roma, Italia. Hak atas foto ALBERTO PIZZOLI/AFP/Getty Images Image caption Seorang petugas sedang melepaskan hiasan di pohon Natal yang dipasang di Roma, Italia, pada 9 Januari 2018 lalu.

Penebangan pohon cemara di depan Masjid Agung Meulaboh, Aceh karena dianggap 'menyerupai pohon natal' menjadi percakapan warganet di media sosial.

Pada situs cakradunia.com yang kemudian diambil oleh Tribun Medan, Ketua Badan Kemakmuran Masjid (BKM) Masjid Agung Baitul Makmur Meulaboh, Anwar, mengatakan bahwa alasan pohon cemara tersebut ditebang karena tidak terawat dengan baik sehingga membuat kondisi di area masjid menjadi kotor dan menutupi perkarangan.

Selain itu pohon cemara itu juga disebut membuat masjid agung menjadi tidak memandang ke jalan raya.

Namun, Anwar mengatakan pula bahwa salah satu alasan penebangan adalah karena pohon tersebut mirip dengan pohon natal.

Dubes Palestina ikut acara Natal di gereja Grogol: Harapkan perdamaian dan tunjukkan toleransi Natal: 'Hari ini kue pun sudah diradikal,' 'perlakuan 'diskriminatif' terhadap konsumen

Sementara itu Kepala Dinas Lingkungan Hidup Aceh Barat, Adi Yunanda, mengatakan kepada BBC Indonesia bahwa dia menyayangkan penebangan itu tidak ada pemberitahuan dengan pihaknya,

"Pemotongan pun bukan dilakukan ke pihak kami, tapi dibantukan ke pihak lain. Kalau dikomunikasikan juga lebih bagus, karena kami juga punya tenaga, tapi bukan untuk pemotongan, karena pohonnya pun usianya sudah di atas 15 tahun. Butuh waktu lama untuk kita menunggu sampai sebesar itu," kata Adi.

Sebenarnya pihak Dinas Lingkungan Hidup, menurut Adi, pada minggu kedua Januari sudah menjadwalkan pemangkasan untuk merapikan dahan dan daun pohon, tapi bukan pemotongan.

Selain karena faktor usia pohon, Adi juga menyayangkan penebangan karena pohon-pohon tersebut sebenarnya punya fungsi publik, yaitu menjadi tempat berteduh dan berjualan warga pada sore sampai malam hari sehingga penebangan pohon bisa mengurangi ruang terbuka hijau yang ada di kota yang bisa digunakan oleh masyarakat.

Pemerintah setempat, menurut Adi, sebenarnya sudah berkomitmen untuk memperbanyak kawasan-kawasan hijau di tengah kota dengan melakukan penanaman.

"Bulan lalu kami juga baru melakukan penanaman, termasuk pohon cemara, di kawasan pantai, termasuk untuk program penghijauannya. Meulaboh ini kan kawasan yang berada di bibir pantai," katanya.

Seorang warga Meulaboh, Aceh Barat yang tinggal beberapa meter dari masjid, Desdy Artyafyz, juga menyatakan pada BBC Indonesia bahwa 10 pohon cemara di depan masjid berada dalam kondisi yang baik sebelum ditebang.

Desdy membantah jika pohon cemara disebut berada dalam kedaaan yang tidak terawat dan membuat pagar menjadi karatan maupun mengotori masjid.

"Saya sudah tinggal di dekat masjid 3,5 tahun. Kondisinya baik-baik saja," kata Desdy.

Natal di Monas: Anies Baswedan diharapkan 'lebih konkrit' dalam kebebasan ekspresi agama Natal: Ucapan selamat yang dibolehkan MUI tapi 'sengaja dikontroversialkan pihak tertentu'

Dia membenarkan bahwa penebangan terjadi "antara 2-3 minggu lalu" namun mengatakan tidak mendapat alasan jelas soal penyebab penebangannya.

Menurut Desdy, selama ini, kawasan pohon tersebut memang populer sebagai tempat berjualan sejak sore sampai malam hari namun kini hanya menjadi tempat penjualan mulai malam hari saja.

Berita tersebut kemudian menjadi perdebatan di kalangan warganet yang menyesalkan penebangan pohon cemara tersebut dan menyebutnya sebagai "ketakutan berlebihan".

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.