Dituduh melakukan serangan seksual, cendekiawan Muslim diperiksa polisi Paris
Cendekiawan Muslim terkemuka, Tariq Ramadan, menjalani pemeriksaan oleh polisi Prancis yang menyelidiki tuduhan pemerkosaan dan kekerasan seksual.
Ia ditahan di Paris atas pengakuan dua perempuan pada tahun lalu.
Ramadan, 55 tahun, membantah melakukan kejahatan yang dituduhkan kepadanya dan menuntut salah satu penuduhnya, Henda Ayari, mantan anggota kelompok radikal yang sekarang memimpin sebuah kelompok feminis sekuler.
Ramadan, yang berkewarganegaraan Swiss, mengajar studi Islam di Universitas Oxford, Inggris, namun mengambil cuti pada bulan November setelah tudingan pelecehan seksual muncul.
Seorang sumber yang dekat dengan pemeriksaan ini kepada media Inggris mengatakan bahwa penahanan atas Ramadan diperpanjang 48 jam pada 1 Februari.
Setelah perpajangan penahanan berakhir, polisi harus mengeluarkan dakwaan resmi, membebaskannya, atau menetapkan status saksi, yang berarti diyakini ia tidak melakukan kejahatan atau pelanggaran hukum yang dituduhkan.
Bagaimana tuduhan itu muncul?Dalam sebuah buku yang diterbitkan pada tahun 2016, Ayari mengklaim bahwa ia diperkosa di sebuah hotel di Paris empat tahun sebelumnya, namun buku tersebut tidak menyebutkan nama penyerang tersebut.
Pada bulan Oktober 2017, ia mengatakan bahwa skandal serangan seksual yang melibatkan pesohor Hollywood, Harvey Weinstein, telah membuatnya berani menuduh Ramadan secara eksplisit.
"Ia benar-benar menerkam saya seperti binatang liar," tutur Ayari kepada TV Prancis.
Perempuan lainnya, seorang mualaf yang namanya tetap dirahasiakan, juga menuduh ia telah memperkosanya pada tahun 2009.
Empat perempuan asal Swiss juga menuduh sang profesor melakukan pelecehan seksual saat mereka menjadi siswa di Jenewa.
Ia mengatakan semua tuduhan tersebut merupakan bagian dari 'fitnah' yang dilancarkan musuh-musuhnya.
Siapa Tariq Ramadan?Ramadan merupakah akademisi dan penulis buku-buku kajian Islam terkemuka yang juga cucu Hassan al-Banna, pendiri gerakan Ikhwanul Muslimin di Mesir pada 1920-an.
Ia berseberangan dengan kelompok-kelompok fundamentalis dan mendorong perlunya dialog antaragama, namun beberapa pengamat menuduhnya mempromosikan politik Islam.
Sejak tahun 2009 ia diangkat sebagai guru besar kajian Islam kontemporer di St Antony's College, Oxford, Inggris.
Ia juga anggota kelompok penasihat Kementerian Luar Negeri Inggris yang menangani kebebasan beragama.
Post a Comment