Apa kaitan racun, kekuasaan, dinas mata-mata Rusia, dan Vladimir Putin?

Apa kaitan racun, kekuasaan, dinas mata-mata Rusia, dan Vladimir Putin?
Apa kaitan racun, kekuasaan, dinas mata-mata Rusia, dan Vladimir Putin?
putin Hak atas foto AFP Image caption Presiden Vladimir Putin bersalaman dengan anggota FSB di Chechnya pada 2011.

FSB. Ketiga aksara itu tidak hanya familiar bagi para pecinta kisah mata-mata, tapi juga menyimbolkan kekuasaan Presiden Vladimir Putin di Rusia.

FSB merupakan dinas intelijen Rusia yang terkenal akan aksi mata-mata dan berbagai operasi antiterorisme di seluruh dunia.

Namun, karena FSB merupakan keturunan dari badan intelijen Uni Soviet (KGB), dinas itu dituduh punya hubungan dekat dengan presiden dan memiliki ambisi terselubung.

Jokowi 'bersebelahan' dengan Trump dan Putin di pasar Rusia dalam bentuk matryoshka Aina Gamzatova, Muslimah yang menantang Putin walau 'tak akan jadi presiden' Direktur CIA: Rusia 'incar pemilu sela AS' dan nuklir 'Korut mungkin bisa menghantam AS' Apa yang dilakukan FSB?

Menangkal terorisme sekaligus mata-mata musuh.

FSB atau Dinas Keamanan Federal didirikan pada 1995 dengan misi menangkis ancaman terhadap Rusia. Sebelum menjadi presiden Rusia, Vladimir Putin memimpin dinas tersebut.

Secara rutin FSB bekerja sama dengan kepolisian asing dalam memerangi jihadis dan kelompok kejahatan terorganisir.

Hak atas foto Reuters Image caption Kendaraan FSB dekat lokasi ledakan di St Petersburg pada Desember lalu.

Pada era 1990-an dan awal 200-an, FSB mengerahkan sumber daya mereka guna memerangi pemberontak separatis asal Chechnya.

Lalu, ketika hubungan Rusia dan beberapa negara tetangga eks-Soviet mengalami ketegangan, FSB pun turun tangan.

Dinas tersebut terlibat dalam pencegahan demonstrasi pro-Barat di Georgia sewaktu Revolusi Mawar 2003 serta di Ukraina saat Revolusi Oranye 2004.

Pada 2015, FSB menukar agen mata-mata dengan Estonia seperti layaknya era Perang Dingin.

Ketika itu, Estonia—yang sekarang menjadi anggota Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO)—menuduh Rusia menculik seorang pejabat keamanan bernama Eston Kohver.

Estonia kemudian meminta Kohver dibebaskan. Sebagai imbal balik, Estonia melepaskan seorang mata-mata Rusia yang dipenjara.

Hak atas foto Reuters Image caption Litvinenko (kanan) menuduh para pejabat FSB melakukan korupsi pada 1998.Mengincar musuh-musuh

Pada 2002, pembunuhan komandan jihadis Arab di Chechnya yang dikenal dengan nama Khattab, dikaitkan pada FSB. Rekan-rekan Khattab mengklaim mendiang menerima surat yang mengandung racun.

Namun, soal racun, kasus paling tenar adalah yang terjadi pada Alexander Litvinenko.

Mantan agen FSB yang amat kritis terhadap Putin itu diberi suaka politik oleh pemerintah Inggris. Lalu, pada 2006, dia diracuni di London menggunakan zat radioaktif, yaitu polonium-210.

Beberapa pekan sebelum Litvinenko meninggal dunia, Rusia meloloskan undang-undang yang memberikan amanat kepada FSB untuk beraksi melawan "ekstremis" dan "teroris" di luar negeri.

Penyelidikan resmi di Inggris menyimpulkan bahwa pembunuh Litvinenko besar kemungkinan mendapat persetujuan Putin dan Kepala FSB, Nikolai Patrushev.

Rusia menepis tuduhan tersebut dan menjadikan tersangka pembunuh utama, Andrei Lugovoi, pahlawan nasional dan anggota parlemen.

Saat masih hidup, Litvinenko menuding FSB memiliki regu pembunuh rahasia dengan sebutan URPO.

Salah satu target regu itu, menurut Litvinenko, adalah Boris Berezovsky. Pria kaya itu juga meninggal dunia di Inggris pada 2013 akibat insiden bunuh diri.

Di samping Berezovsky, para pengritik Putin—termasuk sejumlah wartawan—meninggal dunia secara misterius.

Hak atas foto AFP Image caption Koleksi mobil FSB meliputi Rolls Royce Silver Ghost keluaran 1922.Aksi mata-mata di mancanegara

Dalam buku mereka mengenai FSB berjudul The New Nobility, Andrei Soldatov dan Irina Borogan menyebut Putin telah memperluas kewenangan FSB dengan membei lampu hijau kepada agen-agen dinas tersebut bertolak ke luar negeri demi operasi khusus, termasuk mengumpulkan data intelijen.

Padahal, badan intelijen Rusia di luar negeri adalah SVR. Ada pula badan intelijen militer Rusia, GRU, yang menjaring data-data di mancanegara.

Mata-mata siber

Aksi FSB sejalan dengan doktrin peperangan Rusia yang baru, antara lain membentuk opini publik di luar negri melalui media sosial.

Para pejabat AS meyakini pemerintah Rusia terlibat langsung dengan peretasan dan penyesatan informasi terhadap penduduk AS tatkala pilpres AS 2016.

Pada Maret 2017, aparat keamanan AS menuduh dua agen FSB—Dmitry Dokuchaev dan Igor Sushcin—meretas akun Yahoo dan mengambil data jutaan pengguna.

Untuk memantau internet, FSB punya alat bernama Sorm. Perangkat itu dapat memata-matai surat elektronik, menguping pembicaraan telepon, beragam data, dan jaringan privat virtual (VPN).

Andrei Soldatov, yang menulis buku tentang FSB berjudul The New Nobility, mengatakan penyedia jasa telekomunikasi Rusia harus memberi akses data secara langsung kepada FSB.

Akan tetapi, seberapa luas jangkauan pemantauan FSB, tidak jelas.

Soldatov mengatakan, seperti halnya KGB pada era Uni Soviet, kecemasan dimata-matai merupakan senjata yang sebenarnya.

Hak atas foto AFP Image caption Gedung Lubyanka di pusat Kota Moskow merupakan markas FSB.Seberapa dekat FSB dengan Putin?

Markas FSB berada di gedung Lubyanka, pusat Kota Moskow. Di sanalah, pada era Uni Soviet, KGB menginterogasi tahanan politik.

Kepala FSB, Alexander Bortnikov, melapor secara langsung kepada Putin.

Pada 2000, kepala FSB terdahulu, Nikolai Patrushev, menyebut kolega-koleganya di FSB sebagai "bangsawan modern". Manakala Putin menjadi presiden, mantan-mantan agen FSB diberikan jabatan-jabatan penting.

Menurut Olga Kryshtanovskaya, seorang sosiolog terpandang di Rusia, semasa periode jabatan Putin yang pertama, sebanyak sepertiga dari seluruh pejabat pemerintah Rusia merupakan "siloviki" alias aparat keamanan.

"Kita sedang menyaksikan pemulihan kekuatan KGB" di bawah Putin, katanya.

Dalam buku Putin's Kleptocracy yang ditulis peneliti AS, Karen Dawisha, sepak terjang para petinggi FSB sebenarnya telah dimulai pada 1990-an. Putin, tulisnya, mengendalikan perdagangan asing dari St Petersburg dan beberapa koleganya terkait dengan kejahatan terorganisir.

Bahkan, kini mereka telah mengumpulkan kekayaan dan mengendalikan sumber daya alam Rusia.

Tudingan itu juga mengemuka dalam penyelidikan kematian Litvinenko dan investigasi kepolisian Spanyol terhadap mafia Rusia.

Jaksa Spanyol, Jose Grinda, mengatakan kepada pejabat AS bahwa badan keamanan Rusia mengendalikan kejahatan terorganisir di Rusia dan "FSB 'menyerap' mafia Rusia".

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.