Benarkah jumlah eksekusi di Arab Saudi meningkat dalam beberapa bulan ini?

Benarkah jumlah eksekusi di Arab Saudi meningkat dalam beberapa bulan ini?
Benarkah jumlah eksekusi di Arab Saudi meningkat dalam beberapa bulan ini?
Kunjungan MBS ke London Hak atas foto Getty Images Image caption Putra Mahkota Saudi, Mohammed bin Salman, melakukan lawatan tiga hari di London.

Jumlah orang yang dieksekusi atau menjalani hukuman mati di Arab Saudi diklaim naik dua kali lipat dalam setidaknya delapan bulan terakhir.

Klaim ini disampaikan politisi Inggris, Emily Thornberry, ketika pemerintah di London menerima lawatan putra mahkota kerajaan Saudi, Mohammed bin Salman, pada pekan kedua Maret.

Thornberry -calon menteri luar negeri yang disiapkan oposisi Partai Buruh- menyampaikan klaim itu untuk mengkritik penerimaan pemerintah Inggris atas kunjungan Mohammed bin Salman yang ia gambarkan 'berlebihan'.

Pesan yang ia ingin sampaikan adalah apakah perlu penerimaan yang berlebihan atau istimewa terhadap pejabat dari negara yang aktif melakukan eksekusi.

Ketika dihubungi oleh tim BBC Reality Check, perwakilan Thornberry mengatakan bahwa angka eksekusi didapat dari organisasi hak asasi manusia, Reprieve, yang datanya bisa diakses secara terbuka oleh publik.

Kaum perempuan di Arab Saudi akan dibolehkan menyetir kendaraan Perempuan Saudi untuk pertama kali boleh tonton laga bola di stadion Perempuan Arab Saudi boleh mendaftar masuk tentara

Menurut Reprieve, antara Juli 2017 hingga Februari 2018, terdapat 133 eksekusi di Saudi atau kira-kira setara dengan 16,6 eksekusi per bulan.

Data juga menunjukkan, pada periode Oktober 2016 hingga Mei 2017, terdapat 67 eksekusi atau sekitar 8,4 eksekusi per bulan. Reprieve tidak menemukan data untuk Juni 2017, yang bertepatan dengan bulan Ramadan.

Angka yang diperoleh Reprieve kurang lebih sama dengan data yang diumumkan organisasi hak asasi manusia Human Rights Watch (HRW), yang antara lain mendasarkan pengumpulan data dari berita yang diterbitkan oleh kantor berita Saudi Press Agency.

HRW mengatakan Saudi melakukan eksekusi 138 kali dalam periode Juli 2017 hingga Februari dan 68 eksekusi selama Oktober 2017 hingga Juni 2017.

Berdasarkan data yang diperoleh Reprieve dan HRW, Saudi menempati urutan ketiga daftar negara yang paling aktif melakukan eksekusi, di bawah Cina dan Iran.

Pada 2016, terdapat lebih dari 1.000 pelaksanaan hukuman mati di Cina sementara di Iran angkanya mencapai setidaknya 567. Amerika Serikat masuk dalam daftar ini dengan 20 eksekusi, di bawah Irak dan Pakistan yang masing-masing melaksanakan 88 dan 87 hukuman mati.

Untuk Cina, hampir semua analis setuju angka sebenarnya bisa jadi jauh lebih tinggi dari yang terpantau di media. Di negara ini 'eksekusi dilakukan diam-diam'.

Hal yang sama diduga berlaku juga untuk Iran. Angka 567 dikemukakan organisasi HAM Amnesty International, sementara menurut Reprieve angkanya 534.

Saudi kembali berikan amnesti ke TKI yang lewati batas izin tinggal Bandara Arab Saudi tawarkan layanan transportasi PRT Aktivis antiperwalian Arab Saudi dibebaskan dari tahanan Hak atas foto Getty Images Image caption Para pegiat HAM sepakat bahwa angka eksekusi di Saudi bisa jadi lebih tinggi dari yang diberitakan oleh media.

Meski begitu, Reprieve menegaskan 'angka eksekusi yang sebenarnya besar kemungkinan lebih tinggi... karena tidak semua pelaksanaannya diberitakan oleh media dan eksekusi juga dilakukan secara rahasia'.

Terkait dengan ke eksekusi di Saudi, Reprieve mengatakan peningkatan angka pelaksanannya bertepatan dengan pengangkatan Mohammed bin Salman sebagai putra mahkota.

Menurut Dr Kristian Coates Ulrichsen, dari Rice University, Houston, Texas, eksekusi di Saudi meningkat tajam sejak 2015.

"Sepemahaman saya adalah tingginya tingkat eksekusi disebabkan oleh keputusan otoritas Saudi melakukan hukuman mati, yang tidak dijalankan ketika Raja Abdullah berkuasa," kata Ulrichsen.

"Sulit untuk menemukan satu penyebab tunggal yang bisa menjelaskan mengapa tiba-tiba ada peningkatan pelaksanaan hukuman mati dalam delapan bulan terakhir," imbuhnya.

Seorang peneliti HRW mengatakan kurangnya transparansi di Saudi membuat sulit untuk mengukuhkan penyebab psati dalam meningkatkan eksekusi di negara tersebut.

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.