Berwisata Sambil Belajar, WWF Ajak Media Kenali Satwa Laut, Jejak Ekologi dan Aktivitas Bahari

Berwisata Sambil Belajar, WWF Ajak Media Kenali Satwa Laut, Jejak Ekologi dan Aktivitas Bahari

Staf WWF sedang memberi materi cara berinteraksi dengan satwa laut dalam sebuah simulasi di Pulau Bokori, Sabtu (4/11). Foto: LM Syuhada Ridzky/Kendari Pos

KENDARIPOS.CO.ID — Organisasi nonpemerintah bertaraf internasional, WWF Indonesia punya agenda penting. Melalui perangkatnya di Sultra, WWF Southern East Sulawesi Subseascape (SESS) mengajak beberapa media massa, salah satunya Kendari Pos mengenalkan praktik berbasis lingkungan dan kesetaraan dalam menerapkan kepariwisataan bahari yang bertanggung jawab bernama Best Enviromental Equitable Practices. Kegiatan itu sebagai upaya mendorong pelaku kepariwisataan untuk menekan dampak negatif dari aktivitas wisata bahari terhadap satwa laut dan habitat. Pengenalan tersebut dilakukan di Pulau Bokori Sabtu (4/11) lalu. Biodiversity Monitoring Coordibator WWF SESS, Jan Manuputty menjelaskan apa yang harus dilakukan dalam menjaga kelestarian alam. Diantaranya aktivitas bahari, beberapa satwa laut yang dilindungi dan jejak ekologis untuk mengetahui dampak kehidupan sehari-hari terhadap kelestarian alam.

Jan Manuputty menjelaskan cara yang baik dan benar saat melakukan aktivitas bahari atau rekreasi disebuah tempat wisata. Diantaranya panduan snorkel (penyelam permukaan), panduan memancing rekreasi dan untuk penggemar bantuan motor laut. “Dalam melakukan aktivitas bahari yang utama diperhatikan adalah keselamatan dan kelestarian wilayah wisata. Seperti saat menyelam dan snorkeling, ada ketentuan yang harus dipenuhi oleh wisatawan. Salah satunya menghindari perusakan terumbu karang,” ujar Jan Manuputty.

Dia juga menjelaskan satwa laut yang dilindungi dan cara berinteraksi dengan satwa tersebut. Diantaranya hiu, paus, pari manta, dugong, lumba-lumba, penyu dan tukik. Masih banyak masyarakat yang belum mengetahui apa yang harus dilakukan saat bertemu dengan hewan yang dilindungi tersebut. “Memberi makan pada hewan liar itu sangat tinggi risikonya, selain mengancam nyawa hewan tersebut juga dapat mengancam manusia,” paparnya.

Jan Manuputty menuturkan tentang jejak ekologi yang dapat menyelamatkan kelestarian alam sehingga masyarakat menjauhi makanan yang didapatkan dengan cara illegal. “Seperti kita membeli ikan. Kalau kita tahu ikan itu hasil dari bom, atau dari hasil illegal fishing jangan dibeli. Itulah salah satu contoh pentingnya kita mengetahui jejak ekologi,” paparnya. (kmr/c)

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.